Terinspirasi oleh seorang ukhti yang sedang asik dengan rutinitasnya membuat cerpen... dan terinspirasi dari seorang bunda yang selalu tangguh untuk memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya...semoga dalam setiap keburukan ada buah kebaikan yang dapat kita petik, aamiin

Hari masih tenang…kabut masih ingin menyelimuti mentari pagi nan hangat.. namun tak sedikit hamba Allah yang sudah mulai berkemas untuk merenda asa kehidupan. Begitu pula sosok Alma .
Perkenalkan, aku Alma seorang istri, ibunda dari seorang puteri kecil bernama Nisa dan pangeran kecil bernama Faqih, dan sebagai pelengkap aku adalah seorang tenaga kesehatan disalah satu Rumah Sakit Swasta. Dengan segala peran yang ku jalani hari-hari ku membahagiakan, semua berjalan aman, damai tanpa satu pun kendala. Hmmm…pernyataan itu tentunya hanya pikiran ku.. agar lebih objektif kan ku ceritakan sedikit perjalanan ku menempa rutinitas hari demi hari..

Pagi ini ku awali dengan membersihkan diri, bersujud mengadu dan bersyukur di subuhnya yang tentram… Alhamdulillah pikirku, pagi ini ku bangun dengan tubuh yang sehat dan siap untuk menunaikan segala aktifitas ku. Hafidz suami ku seusai mengimami shalat shubuh melanjutkan aktifitas murajahnya. Heningnya subuh menjadi syahdu menenangkan ketika mendengarkan suaranya mengkaji firman Allah SWT. Setelah itu ku bergegas kedapur, disana Mak’ Ida sudah lebih dulu beraktifitas. Mak’ Ida adalah perempuan tua yang bekerja membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga ku sekaligus mengasuh kedua buah hati ku. Walau ada Mak’ Ida aku tetap terbiasa memasak sarapan pagi untuk kami semua, bagi ku suatu kebahagiaan dan wujud kasih sayang ku kepada suami dan kedua buah hati ku. Puas rasanya melihat mereka selalu lahap menghabiskan masakan ku. Setelah selesai menyiapkan sarapan lalu ku memasak air hangat untuk mandi suami, Nisa dan Faqih. Beranjak dari dapur ku siapkan pakaian Nisa dan Faqih untuk kesekolah. Si Cerdas Nisa sekarang berusia 8 tahun, duduk dikelas 3 SD, sedangkan Si Pengamat Faqih masih bersekolah TK, anak itu pendiam dan gemar menjadi pengamat. Pakaian kerja hafizh pun telah ku persiapkan.

Setelah ku anggap semua beres baru aku bergegas berganti pakaian dan berpamitan pada Hafizh untuk berangkat bekerja lebih dulu. Nisa dan Faqih biasanya kerap sedikit merengek minta diantar kesekolah. Kalau dipikir-pikir aku hampir tidak pernah menghantarkan mereka kesekolah. Namun rengekan mereka berhenti seketika ketika aku berkata “Bunda kalau mengantar Nisa dan Faqih bias dimarahin bos bunda nih…karena terlambat, memangnya anak bunda tega lihat bundanya dimarahi?” dan tak hanya berhenti merengek, tapi biasanya si Nisa berkata “Iya Bunda biar diantar ayah saja, hati-hati ya Bunda…” sambil tertunduk dan mereka pun mengecup ku… “ah dasar anak-anak pikirku”

Huufff….bunyi klakson mobil yang berkejar-kejaran tak sabar memekakkan telinga ku. Masih sepagi ini orang sudah tidak bersabar dan saling mengalah untuk memberi jalan. MACET…ya kondisi jalan yang sempit, kendaraan bermotor yang tumpah ruah dan keinginan untuk lebih dulu semakin membuat kemacetan merajalela menghantui kami. Kami? Ya…kami termasuk juga aku, semua ingin bergegas sampai ketempat tujuan. Kadang senyum simpul ku mengembang..dan berkata dalam hati “Alma..apa yang kau cari di pagi ini hingga terlampau bergegas meninggalkan kedamaian dirumah mu?” Aktualisasi diri, karir dan loyalitas ku yang menghantarkan ku dikemacetan pagi yang telah menjadi rutinitas. Dan hingga kini itu jawaban yang “smart” bagi ku. Dan Kemacetan inilah yang memaksa ku berangkat bekerja lebih dulu dari keluarga kecil ku. Hafizh berkali-kali memaksa ingin menghantarkan ku dengan si legam Terios milik kami. Namun tempat kerja kami tidak searah, dan rasanya aku sungguh tidak tega jika harus membiarkannya menghantarkan ku. Lagi pula aku bukan istri yang manja, aku wanita mandiri yang tidak bergantung dan menyusahkan orang yang kusayangi. “ya itu pikir ku saat itu, ku anggap pikiran manis, namun ternyata….” Nanti selesai ku bercerita kalian pembaca akan tahu akan nyatanya…

Ditempat ku bekerja aku memiliki jabatan sebagai Kepala Bagian Fetomaternal, jabatan yang gemilang untuk wanita seusia ku. Di usiaku 35 Tahun memiliki posisi seperti sekarang ini tentu bukan perkara mudah. Semua ku dapat dari hasil jerih payah ku, dari hasil loyalitas ku dan dari hasil kemauan keras ku untuk terus menimba ilmu, namun semua juga berkat dukungan suami ku tercinta dan kedua buah hatiku. Mereka sangat pengertian, Hafizh yang tak pernah protes ketika malam hari ku di telepon untuk segera operasi cito untuk pasien ku, Nisa yang selalu pengertian dan tidak mengganggu saat ku harus menyelesaikan tulisan ilmiah, Faqih yang tak pernah bermanja-manja untuk minta digendong saat hari libur ku harus ku pakai untuk mengisi seminar kesehatan. Ya Allah..betapa sempurnanya hidup ku..begitu selalu kata hati ku….alhamdulillah

Pukul 16.00 adalah waktu usai kerja ku, biasanya aku harus menunggu 30 menit untuk kedatangan Hafizh. Suami tersayang selalu menjemput ku sepulang bekerja, namun lagi-lagi kesempatan ini tak selalu terjadi. Karena justru aku kerap lembur karena operasi, atau suami ku yang lembur karena pekerjaannya, namun kami saling mengerti. Sebenarnya tak ada beda antara dijemput dengan tidak, karena diatas si legam Terios aku biasa tertidur lelap, meregangkan muskulus ku yang kaku setelah seharian beraktifitas…dan Hafizh tidak pernah protes untuk itu semua, dia begitu pengertian. Ketika pulang bersama biasanya kami sampai saat adzan Maghrib akan berkumandang. Nisa dan Faqih biasanya langsung berlari menghampiri dan memeluk kami.. Nisa yang selalu ceria biasanya segera berceloteh…dan benar saja hari ini Nisa semangat bercerita namun tanpa di ikuti si kecil Faqih “Bunda..bunda..hari ini nilai ku bagus-bagus, hari ini nisa memimpin paduan suara dikelas..dan bunda tahu enggak adik Faqih juara lomba mewarnai, tadi bunda enggak datang sih…padahal banyak bunda-bunda yang lain datang kesekolah” agak sedikit terkejut kali ini aku mendengar ceritanya, karena ada yang ku lupa, namun seperti biasa, aku akan memotong cerita semangat Nisa cantik ku dengan kata-kata “Nisa…bunda mau mandi n shalat Maghrib dulu…nanti saja ya ceritanya”

Ya..Allah aku lupa kalau hari ini disekolah Faqih ada perayaan Hari Ibu, dimana setiap ibu mendapat surat undangan buatan anak-anak mereka, dan akan ada hadiah-hadiah yang anak-anak persiapkan untuk ibu mereka. Namun ya sudahlah pikir ku, toh Faqih ku anak yang hebat dan pengertian, bahkan sekilas ku dengar dari cerita si Nisa kalau Faqih memenangkan lomba mewarnai. Dan ku yakin Mak’ Ida sudah menanganinya.

Usai Makan malam Mak’ Ida mengajak ku bicaran “Bu Alma…tadi seharian di sekolah Faqih menangis karena bingung kado yang sudah dia persiapkan untuk hari ibu harus diberikan kesiapa? Guru-gurunya tidak ada yang dapat menenangkannya. Tapi Alhamdulillah bu, Mba Nisa datang dan berhasil membujuk Faqih. Sekolah Nisa dan Faqih memang dalam satu institusi, jadi Nisa biasa ke TK adiknya Faqih. Lalu Mak’ Ida melanjutkan ceritanya, kali ini berupa laporan kalau sejak pulang sekolah Faqih tidak mau makan dan badannya sedikit demam. Oohh ya..batin ku, tadi Faqih tidak menyambut kepulangan kami seperti biasa, dia tidak tampak mengikuti Nisa… setelah usai mendengarkan yang Mak’ Ida sampaikan aku segera beranjak menuju kamar Faqih.

Sebelum ku memasuki kamar Faqih, ku dengar ada suara Nisa di dalam..tampaknya dia sedang bercerita untuk si adik Faqih..cukup jelas terdengar dan ini cerita pilu akan diriku yang pernah ku dengar. Berikut untaian kata-kata yang dari bibir Nisa ku. “Adek Faqih…ayo di minum susunya, sedikit aja..manis lho…coklatnya terasa banget…ayo kalau enggak habis nanti Kak Nisa bantuin… Faqih ayoo…diminum..kasihan kan ini Bunda lho yang beli susunya… Bunda kita kan cape kerja buat beli susu, mana bosnya galak, kalau terlambat aja katanya Bunda kita dimarahin…serem ya dek.. makanya Adek Faqih harus minum susunya… “ tak lama kemudian terdengar suara sedih Faqih menyahuti Kakaknya, “Faqih enggak punya bunda…tadi si Raka temen Faqih bilang…yang Bundanya enggak datang hari ini artinya enggak punya Bunda…terus kata si Raka bilang aja Faqih enggak punya Bunda, buktinya Raka enggak pernah lihat dan sekarang aja Faqih bingung mau kasih Kado hari Ibu kesiapa… padahal kan kita punya bunda ya Kak Nisa…hiks…hiks..”

Ya Rabb..tak tahan telingaku mendengarkan kedua kakak beradik itu saling berbagi… Dua Telinga ku selama ini ternyata tidak berfungsi dengan baik sebagai pendengar keluh kesah,harap pinta dan ratapan dari kedua buah hati ku… suara-suara kecil dibalik pintu ini telah mencabik dinding ego ku… Maafkan Bunda Nak..ucap hati ku…

Tak tahan mendengar dialog pilu itu berlanjut segera ku buka pintu yang sedikit terbuka… dan mereka terkejut… si Nisa yang tampak sedang membelai lembut kening Faqih dengan handuk basah Nisa mengompres kening Faqih… Tuhan….tangan kecil itu menggantikan belaian dari ku untuk adiknya… dan Aku… tak pernah melakukan itu. Nisa menampakkan gigi putihnya dalam senyum sambil berkata… “tuh kan bunda kita datang… Bunda..Bunda Adek Faqih lagi enggak mau minum susu nih… oh iya bunda Adek Faqih badannya panas… tadi Nisa mau kasih tau Bunda…tapi Nisa takut Bunda capek dan banyak tugas dari bos, hari ini bunda enggak telat jadi ennggak di marahin boskan? tadi pasien-pasien bunda pasti rame ya? Yaudah waktu Nisa demam Mak’ Ida pernah kasih handuk basah di kepala nisa eeeh…nisa sembuh, jadi nisa coba ke adek Faqih siapa tahu juga sembuh…” Nisa…Ceritanya, tanyanya yang tidak membutuhkan jawaban dari ku..begitu menghujam ku… aku yang penuh kasih dan sigap menangani pasien-pasien ku namun lalai menjaga anak-anak ku… tak terasa bulir air mata menetes, dan

Faqih melihat air mataku… baru ku sadari jarang ku dengar suaranya untuk ku…namun kali ini melihat air mata ku mengalir … Faqih kecil ku segera duduk dan mengambil segelas susu yang tadi Nisa hendak berikan padanya… setelah dihabiskannya segelas susu buatan Mak' Ida, Faqih kecil mengusap air mata ku dan berkata… Bunda jangan nangis…kenapa tadi Bunda terlambat ya? Dimarahin bos ya? Jadinya bos larang Bunda ke sekolah Faqih ya? Enggak apa-apa kok bunda… nanti tapi kalau bos Bunda lagi enggak galak, Bunda tolong bilang ke Raka ya, kalau Faqih punya bunda… oh ya Bunda ini hadiah dari Faqih untuk Bunda... di berikannya tulisan tangan dan gambar warna warni bertuliskan "I Love You Mommy" dalam diam ku...masih kudengar kalimat pintanya... Kapan-kapan bilang ke Raka ya Bunda...kalo Faqih punya Bunda.....

Detik ini semua rasa dan pikir tak lagi menganggap hidup ku penuh kesempurnaan.. Suamiku adalah suami terbaik untuk ku… anak-anak ku sosok sempurna milik ku… semua yang ada mengelilingi ku begitu sempurna, namun ternyata diri ku yang membuatnya menjadi tidak sempurna… Aku selalu berharap pengertian dari mereka namun tak sedikit pun ku berikan rasa pengertian ku pada mereka… Ku Pikir apa yang selema ini telah ku berikan adalah yang terbaik... ku pikir dengan memenuhi segala kebutuhan fisik mereka sudah lebih dari cukup... ku pikir semua laku ku sudah menyenangkan hati mereka... tidak...sama sekali aku belum melakukan tugas ku sebagai seorang bunda....

Nak..Maafkan Bunda… Maafkan Bunda yang ada namun seolah tiada.. Maafkan bunda Nak…

-----------------------------------------------------------000-------------------------------------------------------------

judul aslinya: hiks engga punya bunda
diambil dari: http://myquran.com/forum/showthread.php/3639-Hiks-enggak-punya-Bunda

hiks.hiks... sangat menyentuh T.T
how about u?!

0 comments:

Post a Comment

About

free counters